Jumat, 25 Juni 2010

Pantai Ancol : Antara Perikanan dan Pariwisata

     Indonesia merupakan negara 17.000 pulau dengan luas daratan yang lebih kecil daripada luas lautan tentunya menyimpan potensi perikanan yang cukup besar. Terlebih lagi pada bagian lautan yang berbatasan dengan daratan memiliki potensi perikanan yang lebih menjanjikan. Sekalipun daerah ini hanya sekitar 8% dari luas seluruh lautan, tetapi hampir seluruh produksi ikan di seluruh dunia berasal dari daerah dangkal (continental shelf). Daerah dangkal itu pun terdiri dari daerah upwelling dimana seluruh nutrisi dari dasar laut terangkat ke permukaan sehingga daerah uwelling menyumbang sekitar 25% produksi ikan yang dikonsumsi manusia. Selain itu, kelebihan dari daerah dangkal adalah cahaya matahari masih dapat diterima hingga ke dasar, sehingga keanekaragaman hayati cenderung beranekaragam.

     Diperkirakan bahwa 67% protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia berasal dari ikan (Hutabarat, 2006 : 13). Ini berarti setiap orang mengonsumsi sekitar 11,7 kg pertahun. Dari sinilah arti penting keberadaan pantai dan pesisir serta laut dangkal menjadi penting bagi rakyat Indonesia. Manajemen sumber daya perlu dilakukan termasuk konservasi daerah ini untuk mencegah kerusakan ekosistem. Meskipun sumber daya perikanan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui, namun usaha untuk menjaganya tetap harus dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga persediaan ikan habis karena over-fishing. Akibatnya, para nelayan hanya mendapat ikan-ikan yang berukuran kecil dan memerlukan usaha lebih untuk mendapat okan yang berukuran lebih besar.

      Pada daerah pantai Ancol pun memliki karakteristik demikian. Sekalipun daerah ini merupakan kawasan pariwisata, tetapi bukan berarti potensi perikanannya bisa diabaikan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di daerah pantai Ancol sebagai kawasan wisata antara lain pencemaran. Pencemaran yang terjadi di daerah ini tidak hanya dilakukan oleh para pengunjung yang membuang sampah sembarangan.

Gambar 1
Sampah yang mencemari Pantai Ancol berasal dari para wisatawan

     Tetapi juga oleh pabrik-pabrik di sekitar pantai yang menurut salah satu narasumber membuang hasil sisa produksinya ke laut. Semula, mungkin para pengelola pabrik mengira bahwa limbah yang mereka buang tidak akan merusak ekosistem alam. Namun, karena semakin banyaknya limbah yang bertumpuk maka ekosistem laut akhirnya terganggu juga. Alhasil keadaan Ancol yang sekarang tertata dengan baik memiliki air laut yang berwarna hitam. Air hitam tersebut bisa jadi merupakan akibat dari berbagai macam bahan pencemar seperti minyak, logam berat, dan lain-lain.

 Gambar 2
Ikan sembilang dan ikan kerapu yang ada di Pantai Ancol
 
 
      Pencemaran minyak dapat mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu daerah. Minyak yang mengapung terutama sekali amat berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenag di atas permukaan air. Minyak ini akan mengotori bulu-bulu mereka sehingga mereka akan sulit bergerak. Lalu mereka akan membersihkan diri mereka dengan menjilati tubuhnya. Akhirnya mereka pun akan mati karena meminum minyak dalam jumlah yang tidak sedikit.

 
Gambar 3
Warna air laut di Pantai Ancol yang hitam akibat pencemaran dari limbah industri

     Tidak jauh berbeda dari minyak, logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang cukup berbahaya. Saat logam berat mulai mencemari air laut, maka secara otomatis ikan dan organisme lainnya termasuki oleh logam berat. Lama keamaan logam berat ini akan bertumpuk di dalam tubuh ikan. Selanjutnya ikan-ikan tersebut akan dikonsumsi oleh manusia. Walaupun kandungan logam berat dalam tubuh ikan sangat sedikit, resiko terjadinya keracunan tetap tinggi. Dalam jumlah yang tinggi kandungan logam berat dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.
     Hasil dari identifikasi sumberdaya alam Pantai Ancol adalah Pantai Ancol memiliki luas lahan 20,9 ha, dan sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah di Pantai Timur. Daya dukung kawasan wisata Pantai Ancol dengan konsep pengembangan wisata adalah 251.999 pengunjung dan 125 kapal, sedangkan daya dukung kawasan wisata Pantai Ancol dengan konsep pengembangan ekowisata adalah 108.521 pengunjung dan 50 kapal. Nilai indeks kesesuaian lahan untuk wisata Pantai Ancol masuk kedalam kategori sangat sesuai (S1), yaitu tidak ada faktor pembatas yang cukup serius untuk menjadikan kawasan wisata pantai. Nilai
indeks kesesuaian lahan Pantai Marina Ancol adalah sesuai (S2) untuk kategori pelabuhan kapal, artinya Pantai Marina Ancol masih bisa dipergunakan untuk pelabuhan kapal.
     Itulah sebagian hal-hal yang harus diwaspadai agar pantai Ancol tidal lebih tercemar dari keadaan sekarang. Karena sekalipun potensi perikanan di pantai Ancol tidak terlalu besar bukan berarti tidak perlu dijaga. Bagaimana pun juga sudah menjadi tugas manusia untuk menjaga dan melestarikan kehidupan alam guna mewariskannya untuk para penerus yang akan datang.



 

Selasa, 15 Juni 2010

Informasi Semester Padat Jurusan Pendidikan Geografi 2009/2010

Agenda :
  1. Pengambilan FRS tanggal 24 Juni 2010 - 7 Juli 2010 di BAAK (diambil oleh individu).
  2. Pembayaran biaya SP tanggal 8 Juni 2010 - 14 Juli 2010 sebesar Rp 35.000,- / sks. Uang ditransfer ke Rekening 0022510325 a.n. UPI PT BHMN di setiap cabang BNI di mana pun. (Simpan tanda pembayaran sebagai bukti). 
  3. Untuk pengumpulan FRS dan bukti pembayaran silahkan cari info di jurusan.
  4. Perkuliahan dimulai tanggal 15 Juli 2010 - 20 Agustus 2010 
Mata kuliah yang ditawarkan :

1. Geografi Ekonomi (GG 410)
  • Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS (0369)
  •  Bagja Waluya, S.Pd (2163)
2. Pengantar Geografi Regional (GG 400)
  • Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd (0927)
  • Dr. Asep Mulyadi, M.Pd (1393)
3. Antropologi
  • Prof. Dr. Gurniwan KP, M.Si (0971)
  • Drs. Wahyu Eridiana, M.Si (0644)
4. Geografi Penduduk
  • Drs. Mamat ruhimat, M.Pd (0658)
  •  Drs. Wahyu Eridiana, M.Si (0644)
     Silahkan konfirmasikan terlebih dahulu info di atas ke Jurusan Pendidikan Geografi. Bila ada yang ingin ditanyakan hubungi 085721236846. Insya Allah kalau telepon saya angkat kalau sms saya balas (kalau ada pulsa).

Menebak “Jalan Pikiran” SNMPTN

     Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang dikenal SNMPTN merupakan salah satu hajat besar dunia pendidikan Indonesia dalam rangka membangun kualitas anak bangsa dengan cara menyeleksi para calon mahasiswa yang ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sekilas, SNMPTN ini dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai suatu awal dari suatu proses menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya, tidak jarang karena pemahaman ini banyak siswa SMA atau sederajat yang duduk pada tingkat akhir meningkatkan frekuensi belajarnya saat mendekati pelaksanaan ujian ini. Padahal hakikatnya, SNMPTN adalah suatu alat evaluasi hasil belajar yang dilakukan selama tiga tahun di bangku SMA atau sederajat untuk menguji kelayakan apakah peserta ujian akan mampu menempuh pendidikan selama di PTN yang dituju dengan baik. Singkatnya, SNMPTN akan sulit dilalui oleh siswa yang semangat belajarnya hanya sesaat! Namun bukan berarti pernyataan tadi mutlak adanya. Karena bagaimana pun juga SNMPTN menggunakan alat evaluasi berupa soal pilihan ganda yang tentu saja tidak akan terlepas dari faktor keberuntungan. Artinya, bisa saja seorang siswa yang tidak terlalu pandai bisa lolos dalam ujian SNMPTN.
   
     Pada dasarnya ujian SNMPTN merupakan salah satu jenis evaluasi objektif, yaitu tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumanya (Syah, 2008 : 146). Salah satu bentuk dari tes ini tentunya adalah soal pilihan ganda yang mendominasi lembar ujian SNMPTN. Adapun tipe soal lainnya adalah soal benar-salah yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi soal sebab-akibat dan soal mencocokan yang dikemas dalam tampilan pilihan ganda. Sehingga secara sekilas orang awam akan melihat bahwa soal SNMPTN adalah 100% soal pilihan ganda yang sebenarnya bukan. Ditambah lagi dengan sistem penilaian minus satu untuk jawaban salah membuat ujian ini lebih sulit untuk dilalui dengan nilai yang besar. Walaupun demikian, bukan berarti peserta yang kurang pandai mutlak tidak akan lolos dalam ujian SNMPTN. Karena disamping kesulitannya, ujian SNMPTN pun memiliki keringanan dalam masalah penilaian yang tidak mengenal passing grade dan sekali lagi, harus dilihat bahwa keberuntungan masih bisa menjadi faktor penentu kelulusan.

Konsisten   
    Seperti yang telah diketahui bersama bahwa ujianh SNMPTN dibagi ke dalam dua jenis tes tertulis, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) yang terdiri dari mata pelajaran yang diujikan saat UN. Tentunya semua jenis tes tersebut memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi siswa SMA pada umumnya. Sehingga sangat sulit bagi peserta untuk mendapatkan nilai yang tinggi untuk semua jenis tes. Tapi inilah yang diinginkan oleh PTN panitia penyelenggara ujian. Karena dengan begitu, potensi peserta ujian akan semakin terlihat pada satu mata pelajaran, entah itu fisika, biologi, geografi, dan lain sebagainya. Selain itu, sangat kecil sekali kemungkinannya mendapatkan peserta yang berbakat dan menonjol di semua mata pelajaran. Bermula dari anggapan inilah seorang peserta ujian harus konsisten dalam pilihan jurusan dan pengerjaan soal. Konsisten dalam hal ini adalah mengerjakan soal dengan maksimal pada mata pelajaran tertentu yang serumpun dengan jurusan yang telah dipilih di suatu PTN. Misalnya jika seorang peserta memilih jurusan Fisika maka ia harus menonjolkan mata pelajaran Fisikanya. Begitu juga dengan TPA, ia harus menonjolkan kemampuannya pada tes kemampuan angka dan penalaran ruang. Mengapa harus demikian? Bukankah bobot untuk setiap mata pelajaran adalah sama? Memang benar bobot untuk setiap mata pelajaran adalah sama. Namun tentunya setiap PTN ingin mendapatkan mahasiswa baru yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya. Selain itu, dengan adanya TPA semakin memperjelas tingkat kecocokan bakat dan potensi peserta terhadap jurusan yang dipilihnya. Pasalnya setiap bagian tes pada TPA memiliki karakter yang mewakili kemampuan yang dibutuhkan untuk setiap jurusan. Sehingga bisa diperkirakan bahwa penilaian khusus akan diberlakukan pada setiap bagian dari TPA ini.

Penilaian
     Selain hal yang disebutkan di atas, masih ada satu hal lagi yang harus dicermati dalam seleksi ini, yaitu pengolahan nilai. Hingga saat ini panitia penyelenggara masih tertutup akan proses pengolahan nilai termasuk hasilnya kepada para peserta. Bisa jadi sistem penilaian yang digunakan adalah sistem penilaian yang tidak dikenal masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, kemungkinan teknik yang digunakan adalah teknik statistik yang cukup rumit yang akan mengarahkan kepada tingkat kecocokan potensi tiap peserta dengan pilihan jurusannya. Selain itu, telah disebutkan bahwa SNMPTN tidak mengenal passing grade yang menjadikan seribu satu kemungkinan untuk diterima di PTN. Seorang peserta yang mendapatkan nilai 10% dari nilai total bisa saja diterima di PTN terkemuka jika daya tampung PTN tersebut belum terpenuhi. Artinya, jika nilai yang didapatkan kecil, ia tetap berkemungkinan diterma asalkan peserta yang lain mendapat nilai yang lebih kecil. Mungkin inilah alasan mengapa panitia penyelenggara SNMPTN memilih untuk merahasiakan proses pengolahan nilai beserta hasilnya. Karena disamping menjaga ketertiban, panitia pun mencari peserta yang berkompeten di bidangnya. Maka bisa diperhitungkan jika ada dua peserta yang nilai totalnya sama denga pilihan yang sama, namun salah satunya memiliki kecocokan yang cukup tinggi maka peserta tersebut akan lebih dipilih untuk diloloskan.
    Intinya, dalam pengerjaan soal-soal SNMPTN dibutuhkan suatu keyakinan dari seorang peserta bahwa bakatnya cocok dengan jurusan yang telah dipilihnya. Tanpa mengesampingkan mata pelajaran yang lain, ia harus maksimalkan mata pelajaran yang satu rumpun dengan tujuannya. Namun pada akhirnya semua perkiraan ini tentunya tidak akan bekerja tanpa disertai dengan usaha yang keras dan izin dari Yang Maha Kuasa. Mudah-mudah peserta SNMPTN yang diterima pada tahun ini merupakan generasi penerus bangsa yang benar-benar berkompeten di bidangnya dan sanggup menghadapi tantangan zaman dengan bernafaskan nilai-nilai Pancasila.

Komparasi Nilai antara UN dan SNMPTN

     Sebenarnya banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa kita ambil jika memperhatikan nilai-nilai antara dua hajat besar dunia pendidikan, yaitu Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dua kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun khusus bagi siswa SMA yang akan lulus dan siswa SMA yang sudah lulus. Namun tidak bisa dipungkiri lagi, sekalipun keduanya memiliki tujuan yang searah dalam peningkatan kualitas pendidikan, keduanya memilki perbedaan yang sangat jauh jika dilihat dari respon yang ditunjukkan oleh masyarakat. Seperti yang telah diketahui pada umumnya, Ujian Nasional atau UN sangat ditentang mayoritas siswa SMA sedangkan SNMPTN mendapatkan tanggapan yang justru sebaliknya, yaitu dikejar dan diperebutkan oleh para siswa SMA. Padahal dilihat dari tingkat kesulitan soal, SNMPTN berada jauh di atas UN. Ditambah lagi peluang untuk lulus SNMPTN jauh lebih kecil daripada UN. Karena UN dapat meloloskan 100% pesertanya sedangkan SNMPTN tidak. Jadi apakah ada yang salah dengan SNMPTN? Atau apakah UN memang seharusnya ditiadakan?

Resiko

    Setiap perbuatan yang dilakukan tentunya mengandung berbagai resiko yang harus diterima. Inilah sebenarnya akar utama dari permasalahan ini. Resiko yang harus diterima oleh setiap siswa yang mengikuti UN sangat besar dan tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan. Bisa dibayangkan, usaha seorang siswa untuk mendapat peringkat pertama selama tiga tahun berturut-turut setiap semesternya menjadi tidak berarti sama sekali karena tidak lulus salah satu mata pelajaran dalam UN. Tentu saja siswa tersebut akan kecewa dan putus asa atau bahkan bersikap destruktif atas ekspresi dari kekecewaannya itu. Di sisi lain, sesosok makhluk yang bernama SNMPTN datang menjelma sebagai seorang “dewi keberuntungan” bagi para siswa SMA. Pasalnya, hanya dengan modal Rp 175.000,- seorang peserta SNMPTN mendapat kesempatan untuk bisa duduk di bangku kuliah PTN impiannya. Jika gagal, peserta tersebut tidak akan terlalu rugi, disamping rasa malu yang tidak terlalu besar, biaya yang telah dikeluarkan pun jauh lebih kecil dibanding mereka yang mengikuti seleksi jalur khusus.

    Dari penjelasan yang telah diuraikan, semakin jelas bahwa kedua jenis ujian ini memiliki karakter yang sangat berbeda. Jika dianalogikan, UN adalah seorang guru yang lebih senang menghukum muridnya untuk belajar lebih keras. Sedangkan SNMPTN diibaratkan sebagai seorang guru yang lebih cenderung untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk memotivasi muridnya belajar. Sehingga wajar saja tanggapan para siswa sangat buruk terhadap UN dan baik terhadap SNMPTN bahkan menjadikannya orientasi dalam belajar. 

    Seharusnya pemerintah khususnya  Kementerian Pendidikan Nasional lebih peka terhadap permasalahan ini. Tidaklah salah mengambil kebijakan untuk menetapkan adanya ujian ulang bagi yang belum lulus. Namun alangkah lebih baik lagi jika prestasi siswa selama 3 tahun kebelakang diperhitungkan juga dalam kelulusan. Agar keringat yang telah mereka peras tidak hanya menjadi kenangan manis belaka. Setidaknya rancanglah sebuah sistem penilaian dimana nilai rapor bisa berpengaruh terhadap nilai ijazah. Sehingga para siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh sejak pertama masuk SMA.

Mental Kompetitor

    Selain resiko, masih ada akar permasalahan lain yang menjadi salah satu faktor utama, yaitu kesiapan mental. Sebaik apa pun sistem yang dibuat tak akan pernah baik jika objek yang dikenainya belum siap secara fisik maupun mental. Pada hakikatnya, SNMPTN dan UN memiliki sistem yang sama-sama baik dan seimbang. UN dengan resikonya yang tinggi memiliki kualifikasi yang rendah dan SNMPTN dengan “hadiah” yang menggiurkan dengan kualifikasi yang lebih tinggi. Hanya saja perlu diketahui, bahwa siswa kita belum siap untuk mengambil resiko yang begitu besar. Maka dari itu, proses kegiatan belajar mengajar (PBM) di kelas tidak hanya diarahkan kepada tujuan akademis, tapi juga diarahakan kepada tujuan psikis agar siswa menjadi pribadi yang tangguh dan berani mengambil resiko. Sehingga para siswa menganggap UN seperti menganggap SNMPTN, bukan sebagai kewajiban tapi sebagai pilihan yang harus dijalani sepenuh hati. Pada posisi inilah kehadiran seorang guru profesional dibutuhkan. Mengutip perkataan M.Sobry Sutikno dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran” dikatakan bahwa,” Motivasi merupakan kekuatan dahsyat yang dapat menuntun Anda menggapai sukses. Orang yang tidak memilki motivasi belajar dalam dirinya, maka hadirnya guru profesional (sebagai motivator dari luar) sangat diperlukan.“

    Oleh karena itu, kualifikasi guru sebagai pendidik sangat menentukan. Sekali lagi, ini adalah tugas pemerintah sebagai pemegang kewenangan dalam menyeleksi guru yang berkualitas. Pemerintah harus bisa membedakan antara guru yang hanya sekedar “7P” (Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan) dan guru yang serius menghayati profesinya sebagai ujung tombak pendidikan nasional. Karena guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan belajar yang baik. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya. Dengan begitu, diharapkan tak aka nada lagi sikap “pilih kasih” siswa terhadap UN dan SNMPTN.

Perbaikan

    Ketimpangan respon terhadap UN dan SNMPTN seyogyanya menjadi bahan pembelajaran kita bersama. Ini bukan tentang pemerintah saja, tapi juga tentang orang tua, siswa, guru, dan setiap elemen pendidikan nasional untuk bersinergi membangun pendidikan nasional dari hal yang kecil. Karena langkah pertama mencapai keberhasilan adalah melakukan suatu pekerjaan kecil dengan sebaik-baiknya dengan cara yang benar, hingga keberhasilan dapat tercapai. Setelah itu lakukanlah pada hal-hal yang besar. Kesimpulannya, tidaklah sulit membuat seorang siswa untuk lulus UN dan SNMPTN, namun yang sulit adalah bagaimana membuat siswa tersebut sadar akan kebutuhan belajar dan menciptakan pribadi yang berani mengambil resiko dan resistan terhadap berbagai tingkatan kegagalan.

Rabu, 02 Juni 2010

Soal-soal kuis PPD

Bwt mahasiswa Geografi yang mw download soal kuis PPD silahkan klik link-link di bawah ini.
Mohon maaf apabila ada ketidaknyamanan atas penggunaan jasa kami. Silahkan laporkan melalui tag 'comment' dan insya Allah akan segera saya perbaiki.


Soal PPD Kelompok 2

Soal PPD Kelompok 3

Soal PPD Kelompok 4

Soal PPD Kelompok 6

Soal PPD Kelompok 7

Soal PPD Kelompok 9

Soal PPD Kelompok 12