Yang diganti hanya halaman rundown ma anggaran...
selebihnya sama..nuhun :)
1. Cover
2. Isi
Sabtu, 27 November 2010
Senin, 15 November 2010
Mengkritisi KTT Iklim di Cancun
Saat ini permasalahan iklim tidak lagi menjadi masalah sebuah negara maju maupun negara berkembang, tapi juga sudah menjadi permasalahan dunia yang perlu diwaspadai bersama. Hal ini tercermin dari rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim yang sudah banyak dilakukan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tidak terkecuali dengan KTT PBB tentang Perubahan Iklim ke 16 yang akan diselenggarakan di Kota Cancun, Meksiko. KTT yang akan digelar pada 29 November 2010 ini merupakan KTT yang dilakukan setelah KTT Kopenhagen pada Desember 2009 lalu yang ternyata tidak menghasilkan kesepakatan global untuk menanggulangi masalah iklim.
Bila diperhatikan secara seksama, ternyata setelah melakukan 15 kali konferensi, negara-negara PBB belum dapat mengambil kesepakatan bersama dalam menangani perubahan iklim dunia. Mungkin hal ini disebabkan karena belum adanya toleransi di dalam KTT tersebut. Seperti yang diketahui bersama, bahwa inti dari permasalahan iklim ini adalah polusi. Maka penyelesaiannya adalah mengurangi polusi atau bahkan menekannya hingga batas nol. Namun pengurangan polusi berarti pengurangan aktivitas produksi industri atau penggantian mesin-mesin produksi lama dengan yang baru dan ramah lingkungan. Hal ini menyebabkan negara-negara yang bergerak pada sektor industri harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurangi jumlah polusi. Sehingga mereka yang merasa mewakili negara-negara industri akan berfikir panjang untuk menyetujui kesepakatan KTT dan merelakan pendapatan negaranya berkurang darastis.
Merupakan hal yang sangat logis jika mereka masih mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pendapatannya. Namun perlu diperhatikan, justru bumi inilah yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan manusia, bukan uang. Bagaimana pun canggihnya suatu teknologi atau mudahnya sistem perbankan tidak akan bisa melepaskan ketergantungan manusia dari alam. Sampai kapan pun manusia akan mencari makanan dari hasil pertanian maupun peternakan yang bersifat alami. Maka dari itu, tidaklah rugi jika manusia rela menukar segudang hartanya utnuk kepentingan bumi yang akan memberikannya kenyamanan hidup selama seribu tahun atau bahkan lebih.
Manusia vs Bumi
Bumi yang bersifat dinamis ini memiliki kemampuan untuk terus menyeimbangkan dirinya sendiri. Jika keseimbangan yang sekarang sudah terganggu maka ia akan merubah keadaan dirinya untuk mendapatkan keseimbangan yang baru. Dan bisa jadi keseimbangannya yang baru itu memiliki karakteristik lingkungan ekstrim dimana manusia tidak dapat hidup didalamnya. Hakikatnya, ini bukanlah masalah tentang perubahan iklim, namun lebih tepatnya persaingan adaptasi antara manusia dan bumi. Siapa yang akan kalah terlebih dahulu maka dia yang akan musnah. Hanya saja perlu diingat bahwa bumi dapat terus ada tanpa manusia, sementara manusia tak akan pernah bisa hidup tanpa bumi.
Lingkungan yang kini sudah menjadi bahan diskusi utama dalam setiap seminar maupun buku kelingkungan memang sudah memberikan teguran yang cukup keras kepada kita semua. Iklim dan cuaca yang sudah tidak menetu, banjir yang sudah menjadi kebiasaan saat hujan turun, dan bencana alam yang silih berganti menyapa kita merupakan serangkaian kecil teguran alam kepada manusia. Padahal, pangkal dari semua masalah ini hanyalah karena polusi yang sudah sangat melampaui batas. Sikap acuh pemerintah dan sikap tidak mau diatur rakyat merupakan kombinasi jitu untuk merusak lingkungan ini secara efektif dan cepat. Entah sampai kapan proses ini terus berlanjut dan bukanlah hal yang mustahil jika keberadaan spesies homo sapiens akan hilang dari permukaan bumi karena keadaan iklim dan cuaca yang sudah tidak mendukung kehidupannya.
Begitu banyak kegiatan seminar, buku, diskusi terbuka, dan pemberitaan yang memperingatkan tentang perubahan iklim. Namun belum ada satu pun dari hal-hal tersebut yang mampu merubah keadaan. Sepertinya kita memang lebih suka untuk berbicara daripada mendengarkan. Sehingga orientasi kita hanyalah sebatas wacana dan mencela, bukan pada tindakan yang jelas lebih menjanjikan perubahan.
Ketegasan
Ketegasan pemerintah merupakan hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Karena hanya pemerintah yang dapat memimpin dan menyatukan pikiran rakyatnya. Jika dilihat sekilas saja, sebenarnya banyak sekali ketegasan yang belum dilakukan pemerintah untuk meluruskan rakyatnya. Mulai dari hal yang besar seperti ketegasan pembuangan limbah industri sampai hal yang kecil seperti ketegasan penertiban kendaraan bermotor yang menyebabkan kemacetan setiap hari. Jangan sampai hal ini dibiarkan terus meradang dan akhirnya bencana yang berkepanjangan melanda rakyat Indonesia. Semoga Tuhan menjauhkan kita dari hal yang demikian.
Bila diperhatikan secara seksama, ternyata setelah melakukan 15 kali konferensi, negara-negara PBB belum dapat mengambil kesepakatan bersama dalam menangani perubahan iklim dunia. Mungkin hal ini disebabkan karena belum adanya toleransi di dalam KTT tersebut. Seperti yang diketahui bersama, bahwa inti dari permasalahan iklim ini adalah polusi. Maka penyelesaiannya adalah mengurangi polusi atau bahkan menekannya hingga batas nol. Namun pengurangan polusi berarti pengurangan aktivitas produksi industri atau penggantian mesin-mesin produksi lama dengan yang baru dan ramah lingkungan. Hal ini menyebabkan negara-negara yang bergerak pada sektor industri harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurangi jumlah polusi. Sehingga mereka yang merasa mewakili negara-negara industri akan berfikir panjang untuk menyetujui kesepakatan KTT dan merelakan pendapatan negaranya berkurang darastis.
Merupakan hal yang sangat logis jika mereka masih mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pendapatannya. Namun perlu diperhatikan, justru bumi inilah yang menjadi satu-satunya sumber pendapatan manusia, bukan uang. Bagaimana pun canggihnya suatu teknologi atau mudahnya sistem perbankan tidak akan bisa melepaskan ketergantungan manusia dari alam. Sampai kapan pun manusia akan mencari makanan dari hasil pertanian maupun peternakan yang bersifat alami. Maka dari itu, tidaklah rugi jika manusia rela menukar segudang hartanya utnuk kepentingan bumi yang akan memberikannya kenyamanan hidup selama seribu tahun atau bahkan lebih.
Manusia vs Bumi
Bumi yang bersifat dinamis ini memiliki kemampuan untuk terus menyeimbangkan dirinya sendiri. Jika keseimbangan yang sekarang sudah terganggu maka ia akan merubah keadaan dirinya untuk mendapatkan keseimbangan yang baru. Dan bisa jadi keseimbangannya yang baru itu memiliki karakteristik lingkungan ekstrim dimana manusia tidak dapat hidup didalamnya. Hakikatnya, ini bukanlah masalah tentang perubahan iklim, namun lebih tepatnya persaingan adaptasi antara manusia dan bumi. Siapa yang akan kalah terlebih dahulu maka dia yang akan musnah. Hanya saja perlu diingat bahwa bumi dapat terus ada tanpa manusia, sementara manusia tak akan pernah bisa hidup tanpa bumi.
Lingkungan yang kini sudah menjadi bahan diskusi utama dalam setiap seminar maupun buku kelingkungan memang sudah memberikan teguran yang cukup keras kepada kita semua. Iklim dan cuaca yang sudah tidak menetu, banjir yang sudah menjadi kebiasaan saat hujan turun, dan bencana alam yang silih berganti menyapa kita merupakan serangkaian kecil teguran alam kepada manusia. Padahal, pangkal dari semua masalah ini hanyalah karena polusi yang sudah sangat melampaui batas. Sikap acuh pemerintah dan sikap tidak mau diatur rakyat merupakan kombinasi jitu untuk merusak lingkungan ini secara efektif dan cepat. Entah sampai kapan proses ini terus berlanjut dan bukanlah hal yang mustahil jika keberadaan spesies homo sapiens akan hilang dari permukaan bumi karena keadaan iklim dan cuaca yang sudah tidak mendukung kehidupannya.
Begitu banyak kegiatan seminar, buku, diskusi terbuka, dan pemberitaan yang memperingatkan tentang perubahan iklim. Namun belum ada satu pun dari hal-hal tersebut yang mampu merubah keadaan. Sepertinya kita memang lebih suka untuk berbicara daripada mendengarkan. Sehingga orientasi kita hanyalah sebatas wacana dan mencela, bukan pada tindakan yang jelas lebih menjanjikan perubahan.
Ketegasan
Ketegasan pemerintah merupakan hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Karena hanya pemerintah yang dapat memimpin dan menyatukan pikiran rakyatnya. Jika dilihat sekilas saja, sebenarnya banyak sekali ketegasan yang belum dilakukan pemerintah untuk meluruskan rakyatnya. Mulai dari hal yang besar seperti ketegasan pembuangan limbah industri sampai hal yang kecil seperti ketegasan penertiban kendaraan bermotor yang menyebabkan kemacetan setiap hari. Jangan sampai hal ini dibiarkan terus meradang dan akhirnya bencana yang berkepanjangan melanda rakyat Indonesia. Semoga Tuhan menjauhkan kita dari hal yang demikian.
Langganan:
Komentar (Atom)
