Selasa, 20 Juli 2010

“Harga Jual” yang Semakin Turun

     Reformasi yang seharusnya menjadi titik tolak dari perubahan yang signifikan bagi organisasi mahasiswa kelihatannya kini hanya menjadi angan-angan belaka. Pasalnya keberadaan organisasi mahasiswa nampaknya menjadi bidang yang kurang diminati oleh mahasiswa saat ini. Bahkan ormawa (organisasi mahasiswa) yang sekarang cenderung dijauhi karena kesannya yang kurang membantu dalam bidang akademis. Selain itu, pergerakan ormawa yang sekarang bisa dikatakan  stagnan atau tidak berkembang karena pada umumnya mereka hanya melakukan kegiatan rutin dengan niat “gugur kewajiban”,sehingga tidak heran jika program kerja yang telah dilakukan tidak memberikan hasil yang diharapkan.

    Sekelumit masalah tadi seharusnya menjadi bahan pemikiran kita selaku mahasiswa yang masih peduli akan peran pemuda dalam membangun negeri . Jika hal ini terus dibiarkan maka tidak akan mustahil jika suatu saat gerakan pemuda yang dimulai sejak berdirinya organisasi Budi Utomo hingga sekarang akan terhenti dan diambil alih 100% oleh pemerintah yang terkadang tidak memihak pada mahasiswa.  Dari sinilah pentingnya untuk menaikkan “harga jual” agar keberadaan ormawa tidak terancam punah.

    Ada beberapa hal yang harus ditingkatkan dalam peningkatan kualitas ormawa. Sebenarnya ini merupakan teori lama, namun ada baiknya jika permasalahan ormawa diselidiki dari sisi ini. Adalah 3M yaitu man, money,dan  machine yang menjadi tiga  unsur penyusun dari suatu organisasi.  Dimana man  adalah manusia yang menggerakkan ormawa, money adalah dana untuk menghidupi ormawa, dan machine adalah system yang menjadikan setiap elemen dalam ormawa menjadi sinergis.

    Dengan mengoptimalkan tiga unsur ini secara tepat efektif maka bisa diperkirakan bahwa organisasi mahasiswa akan memiliki “harga jual” yang semakin tinggi.

Merancang Peradaban Islam Akhir Zaman

     Di era globalisasi yang mutakhir ini, banyak orang berlomba untuk menjadi yang terbaik dengan tujuan untuk merubah dunia menjadi yang diinginkannya yang disebut dengan peradaban baru. Sekilas, mungkin hal ini baik untuk dilakukan mengingat sudah sifat dasar manusia untuk berkompetisi dan berkreasi. Namun jika diperhatikan lagi, maka kita akan mendapatkan suatu kompetisi yang memperebutkan kekuasaan dengan menggungakan amunisi yang disebut peradaban. Memang sudah banyak orang sadar akan hal ini, namun tidak sedikit orang yang sadar membiarkan dirinya terbawa oleh pemikiran orang lain. Jika hal ini terus berlanjut terjadi pada diri kita, maka tidak mustahil bagi mereka untuk membuat kita menerima paham mereka sekalipun paham mereka bertentangan dengan paham kita. Jadi apakah kita, muslim Indonesia, akan membiarkan hal ini terus berlanjut? Apakah kita akan terbawa peradaban asing atau justru membangun peradaban sendiri?
read more...

My Firtst Post in High School.

Komunikasi di Mataku.
     Berbicara masalah produk telekomunikasi, memang tidak akan pernah habis apalagi jika kita lihat dari segi persepsi remaja. Pada tulisan ini, penulis hanya akan mengutarakan persepsinya sendiri akan produk-produk telekomunikasi yang ada di Indonesia.
read more...

New Post!!! Geografi vs Radikalisme+Terorisme

“Geography then deals with the real world, the world of which one learns best through one’s boots soles or bare feet, or by means of trains, vessel, motor cars, or aero planes and only make shift by description, pictorial or otherwise, but it do not end with a study of the externals thus presented. It deals with the reason why the material world – regarded as a whole and made up related part – has come to be what it is. This involves relations natural sciences. It deals with the way in which this material world has influenced man, and in turn has been modified, altered and adapted by human action.” (Council of Geographic Association, 1919) 
read more...