Selasa, 15 Juni 2010

Menebak “Jalan Pikiran” SNMPTN

     Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang dikenal SNMPTN merupakan salah satu hajat besar dunia pendidikan Indonesia dalam rangka membangun kualitas anak bangsa dengan cara menyeleksi para calon mahasiswa yang ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sekilas, SNMPTN ini dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai suatu awal dari suatu proses menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Akibatnya, tidak jarang karena pemahaman ini banyak siswa SMA atau sederajat yang duduk pada tingkat akhir meningkatkan frekuensi belajarnya saat mendekati pelaksanaan ujian ini. Padahal hakikatnya, SNMPTN adalah suatu alat evaluasi hasil belajar yang dilakukan selama tiga tahun di bangku SMA atau sederajat untuk menguji kelayakan apakah peserta ujian akan mampu menempuh pendidikan selama di PTN yang dituju dengan baik. Singkatnya, SNMPTN akan sulit dilalui oleh siswa yang semangat belajarnya hanya sesaat! Namun bukan berarti pernyataan tadi mutlak adanya. Karena bagaimana pun juga SNMPTN menggunakan alat evaluasi berupa soal pilihan ganda yang tentu saja tidak akan terlepas dari faktor keberuntungan. Artinya, bisa saja seorang siswa yang tidak terlalu pandai bisa lolos dalam ujian SNMPTN.
   
     Pada dasarnya ujian SNMPTN merupakan salah satu jenis evaluasi objektif, yaitu tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumanya (Syah, 2008 : 146). Salah satu bentuk dari tes ini tentunya adalah soal pilihan ganda yang mendominasi lembar ujian SNMPTN. Adapun tipe soal lainnya adalah soal benar-salah yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi soal sebab-akibat dan soal mencocokan yang dikemas dalam tampilan pilihan ganda. Sehingga secara sekilas orang awam akan melihat bahwa soal SNMPTN adalah 100% soal pilihan ganda yang sebenarnya bukan. Ditambah lagi dengan sistem penilaian minus satu untuk jawaban salah membuat ujian ini lebih sulit untuk dilalui dengan nilai yang besar. Walaupun demikian, bukan berarti peserta yang kurang pandai mutlak tidak akan lolos dalam ujian SNMPTN. Karena disamping kesulitannya, ujian SNMPTN pun memiliki keringanan dalam masalah penilaian yang tidak mengenal passing grade dan sekali lagi, harus dilihat bahwa keberuntungan masih bisa menjadi faktor penentu kelulusan.

Konsisten   
    Seperti yang telah diketahui bersama bahwa ujianh SNMPTN dibagi ke dalam dua jenis tes tertulis, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) yang terdiri dari mata pelajaran yang diujikan saat UN. Tentunya semua jenis tes tersebut memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi siswa SMA pada umumnya. Sehingga sangat sulit bagi peserta untuk mendapatkan nilai yang tinggi untuk semua jenis tes. Tapi inilah yang diinginkan oleh PTN panitia penyelenggara ujian. Karena dengan begitu, potensi peserta ujian akan semakin terlihat pada satu mata pelajaran, entah itu fisika, biologi, geografi, dan lain sebagainya. Selain itu, sangat kecil sekali kemungkinannya mendapatkan peserta yang berbakat dan menonjol di semua mata pelajaran. Bermula dari anggapan inilah seorang peserta ujian harus konsisten dalam pilihan jurusan dan pengerjaan soal. Konsisten dalam hal ini adalah mengerjakan soal dengan maksimal pada mata pelajaran tertentu yang serumpun dengan jurusan yang telah dipilih di suatu PTN. Misalnya jika seorang peserta memilih jurusan Fisika maka ia harus menonjolkan mata pelajaran Fisikanya. Begitu juga dengan TPA, ia harus menonjolkan kemampuannya pada tes kemampuan angka dan penalaran ruang. Mengapa harus demikian? Bukankah bobot untuk setiap mata pelajaran adalah sama? Memang benar bobot untuk setiap mata pelajaran adalah sama. Namun tentunya setiap PTN ingin mendapatkan mahasiswa baru yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya. Selain itu, dengan adanya TPA semakin memperjelas tingkat kecocokan bakat dan potensi peserta terhadap jurusan yang dipilihnya. Pasalnya setiap bagian tes pada TPA memiliki karakter yang mewakili kemampuan yang dibutuhkan untuk setiap jurusan. Sehingga bisa diperkirakan bahwa penilaian khusus akan diberlakukan pada setiap bagian dari TPA ini.

Penilaian
     Selain hal yang disebutkan di atas, masih ada satu hal lagi yang harus dicermati dalam seleksi ini, yaitu pengolahan nilai. Hingga saat ini panitia penyelenggara masih tertutup akan proses pengolahan nilai termasuk hasilnya kepada para peserta. Bisa jadi sistem penilaian yang digunakan adalah sistem penilaian yang tidak dikenal masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, kemungkinan teknik yang digunakan adalah teknik statistik yang cukup rumit yang akan mengarahkan kepada tingkat kecocokan potensi tiap peserta dengan pilihan jurusannya. Selain itu, telah disebutkan bahwa SNMPTN tidak mengenal passing grade yang menjadikan seribu satu kemungkinan untuk diterima di PTN. Seorang peserta yang mendapatkan nilai 10% dari nilai total bisa saja diterima di PTN terkemuka jika daya tampung PTN tersebut belum terpenuhi. Artinya, jika nilai yang didapatkan kecil, ia tetap berkemungkinan diterma asalkan peserta yang lain mendapat nilai yang lebih kecil. Mungkin inilah alasan mengapa panitia penyelenggara SNMPTN memilih untuk merahasiakan proses pengolahan nilai beserta hasilnya. Karena disamping menjaga ketertiban, panitia pun mencari peserta yang berkompeten di bidangnya. Maka bisa diperhitungkan jika ada dua peserta yang nilai totalnya sama denga pilihan yang sama, namun salah satunya memiliki kecocokan yang cukup tinggi maka peserta tersebut akan lebih dipilih untuk diloloskan.
    Intinya, dalam pengerjaan soal-soal SNMPTN dibutuhkan suatu keyakinan dari seorang peserta bahwa bakatnya cocok dengan jurusan yang telah dipilihnya. Tanpa mengesampingkan mata pelajaran yang lain, ia harus maksimalkan mata pelajaran yang satu rumpun dengan tujuannya. Namun pada akhirnya semua perkiraan ini tentunya tidak akan bekerja tanpa disertai dengan usaha yang keras dan izin dari Yang Maha Kuasa. Mudah-mudah peserta SNMPTN yang diterima pada tahun ini merupakan generasi penerus bangsa yang benar-benar berkompeten di bidangnya dan sanggup menghadapi tantangan zaman dengan bernafaskan nilai-nilai Pancasila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar