Sudah dapat dipastikan bahwa sebagian besar siswa SMA dan sederajat yang melaksanakan Ujian Nasional atau UN pada hari yang pertama ini merasakan kekhawatiran terhadap hasil ujian mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya persiapan yang mereka lakukan untuk mengahadapi UN itu sendiri, mulai dari menambah jam belajar, mengikuti les tambahan atau bimbingan belajar, hingga beristighosah memohon pertolongan kepada Yang Maha Kuasa untuk kelulusan yang mereka idam-idamkan. Meskipun sebagian pendapat menyatakan fenomena ini timbul akibat dari ketidaksiapan peserta ujian karena pendidikan yang mereka terima belum memenuhi standar. Namun jika dilihat dari sisi lain Ujian Nasional ni telah meningkatkan kedewasaan dan tanggung jawab para peserta ujian sebagai seorang siswa seiring dengan rasa cemas mereka terhadap UN. Karena tujuan sebenarnya dari suatu pendidikan adalah kedewasaan dan tanggung jawab moril yang telah dipaparkan oleh Poerbawatja dan Harahap dalam Syah (2008 : 11) yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab morildari segala perbuatannya.
Sangat jelas dari definisi di atas, bahwa tujuan dari pendidikan adalah kedewasaan dan tanggung jawab dari para siswa yang salah satu faktornya adalah adanya Ujian Nasional. Sekalipun nilai dari hasil ujian itu sendiri menentukan, tapi itu bukanlah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Karena Indonesia tidak hanya membutuhkan generasi penerus yang cerdas, tapi juga dewasa dan bertanggungjawab. Dewasa dalam hal ini adalah sadar akan semua kewajiban yang harus dilakukan dan mengerti akan hak-hak yang layak diterima dan yang tidak layak untuk diterima. Begitu juga dengan tanggung jawab, yaitu mau melakukan semua kewajiban dan menerima semua konsekuensi atas segala perbuatannya. Sehingga kita tidak perlu lagi mendengar istilah “potong satu generasi” atau “potong dua generasi” untuk memperbaiki kondisi Indonesia yang sekarang. Masyarakat sudah terlalu banyak menerima pendapat-pendapat yang membuat mereka pesimis, sudah saatnya kita berfikir positif atas segala permasalahan yang kita hadapi untuk terus memajukan negara kita yang tercinta ini. Bukan saatnya lagi bagi kita untuk terus merendahkan diri dihadapan bangsa lain, justru inilah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang pantas dibanggakan bangsa sendiri dan disegani bangsa lain di dunia.
Kejujuran
Para siswa yang berjuang mati-matian untuk lulus UN merupakan indikator meningkatnya rasa tanggung jawab mereka. Sekalipun perjuangan sebagian dari mereka merupakan perbuatan yang menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan. Namun kini pemerintah telah memberikan sedikit kelonggaran dengan adanya ujian ulang bagi yang belum lulus. Angin segar ini bisa dijadikan para guru selaku pendidik sebagai suatu motivasi bagi para siswa untuk bekerja dengan jujur. Jika semua peserta ujian sudah bekerja dengan jujur, maka evaluasi dari dari proses belajar mengajar oleh lembaga pendidikan pun akan mudah. Karena data kelulusan merupakan merupakan indikator kualitas dari suatu sekolah yang hanya bisa digunakan jika data yang ada merupakan data yang valid, bukan kamuflase yang diakibatkan oleh ketidakjujuran peserta ujian. Sehingga lembaga pendidikan, dalam hal ini SMA atau sederajat, bisa bercermin melihat kelebihan dan kekurangannya sendiri. Singkat kata, hanya dengan jujur, pendidikan Indonesia bisa unggul.
Lebih jauh lagi, Ujian Nasional ini bisa dijadikan oleh para siswa,guru, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai suatu titik tolak pengembangan karakter bangsa dalam mengahadapi era globalisasi. Bahkan penulis berharap agar pemerintah bisa menaikkan standar kelulusan Ujian Nasional seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan kita. Sehingga para siswa SMA Indonesia bisa bermain pada level atas dengan profesional. Karena jumlah kelulusan yang tingi dengan standar yang rendah merupakan suatu fatamorgana yang memilukan hati. Di satu sisi kita bangga akan kelulusan kita, namun di sisi lain kelulusan yang kita banggakan itu tidak berarti apa-apa. Jadi, kenaikan standar Ujian Nasional ini bukan dimaksudkan untuk mempersulit kelulusan para peserta ujian, justru untuk menambah kapasitas mereka dalam hal ilmu pengetahuan.
Kemudahan Allah swt berfirman dalam Alquran surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6,“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
Ujian Nasional merupakan satu kesulitan yang kita hadapi saat ini, namun Allah swt memberikan tidak hanya satu, tapi tiga kemudahan sekaligus. Guru menjadi mudah mengajar siswa, siswa menjadi mudah untuk belajar, dan pemerintah pun menjadi mudah untuk mengevaluasi pendidikan yang mereka selenggarakan. Mungkin masih banyak lagi kemudahan yang Allah swt berikan seiring kesulitan ini, tapi yang jelas Allah swt telah mengatur skenario terbaik untuk kita dalam bidang pendidikan agar pendidikan kita lebih baik lagi melalui Ujian Nasional.

nice article!
BalasHapustapi, setelah aku ngerasain sendiri UN taun ini, kayanya pelaksanaan UN masih ada kelemahannya, deh. berasa kurang efektif aja kalo dari taun ke taun pelaksanaannya kaya gini terus. misalnya aja, kunci jawaban yang udah nyebar banget ke umum (apalagi, kunci yang nyebar itu akurasinya hampir 90%). temen-temen yang nggak belajar aja mungkin hasilnya bisa lebih dibandingin temen-temen yang belajarnya rajin. apalagi kalo UN dijadiin syarat kelulusan mutlak. kayanya gak fair aja, soalnya kondisi psikologis ama fisik seseorang mungkin nggak lagi bagus buat ngerjain soal-soal UN.
jadi, kayanya pemerintah perlu nyari cara yang lebih efektif buat mengevaluasi hasil belajar kita..hoho
Makasih bwt tanggapannya..
BalasHapusTp mengenai bocoran soal itu, sy rasa tu krn rasa tkt peserta ujian yg brlbhan thd UN, ya bisa dibayangin klw smw peserta ga ngrasa tkt alias 'PD' dgn kemampuannya sndr, pst g kan da yg mw dksih bocoran seakurat apapun.
Lalu mslh syrt mutlak kelulusan, saya juga sependapat, bwt apa kita sekolah 3 thn susah2, tp akhirnya ga ngaruh sama sekali thd kelu2san, klw bwt saya moral itu lebih penting bwt di jadiin syrat mutlak kelulusan.