Rabu, 18 Agustus 2010

Potensi Angin Tanpa Batas di Pantai Selatan Garut

     Dalam Geografi dikenal dengan adanya konsep distribusi , yaitu konsep yang menjelaskan bahwa Geografi mempelajari fenomena geosfer (permukaan bumi) yang tersebar di seluruh permukaan bumi dan semua fenomena tersebut ternyata tidak ada yang identik sama. Begitu pula yang ada di Indonesia yang dimana seluruh fenomena alamnya memiliki ciri khas tersendiri. Tentunya ciri khas tersebut bisa mendatangkan manfaat jika pengelolaannya dilakukan dengan baik. Salah satu ciri khas dari fenomena-fenomena tersebut ada di daerah sekitar pantai selatan Garut, tepatnya di Pantai Sayang Heulang Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut.Padahal secara fisik bentukan dari pantai ini tidak berbeda dengan bentukan pantai pada umumnya. Hanya saja karena kondisi dan letak geografisnya yang unik menjadikan pantai ini bisa menjadi salah satu sumber penghidupan bagi warga di sekitarnya.
    Secara asatronomis Pantai Sayang Heulang terletak di sekitar  07039’49,9”LS dan 107042’14,6”BB. Sedangkan secara geografis daerah ini terletak di bagian selatan Pulau Jawa yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Daerah Pantai Sayang Heulang memiliki bentuk pantai yang landai dan ditumbuhi oleh berbagai vegetasi  sekitar 250 meter dari garis pantai. Tak jauh dari garis pantai tersebut, sekitar 1 km terdapat sebuah fenomena langka yang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, yaitu sand dune.
Sand dune arau gumuk pasir merupakan gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Dari fenomena inilah dapat dilihat bahwa Pantai Sayang Heulang memiliki karakteristik angin yang bertiup secara konstan dan dengan kelajuan yang cukup tinggi pula. Karena gumuk pasir setinggi 46 mdpl ini tak akan terbentuk jika “perantara pembawa” pasirnya tidak menunjang.  Karena proses pembentukkan gumuk pasir ini sama sekali tidak melibatkan fluida jenis lain kecuali angin. Angin yang bertiup dari arah laut menuju daratan membawa material-material pasir hasil sedimentasi baik dari laut maupun hulu sungai. Sehingga material-material pasir tersebut berkumpul di suatu tempat yang cukup jauh dari pengaruh pasang-surut air laut. Lebih jauh lagi, proses ini terus berlanjut hingga ribuan hingga puluhan ribu lamanya sehingga menjadi gumuk pasir yang sekarang. 
     Selain itu, daerah Pantai Sayang Heulang pun tercatat memiliki kecepatan angin dari perairan ke daratan sekitar 4,5 m/s atau sama dengan 16,2 km/jam yang diukur di garis pantai. Angin yang berderajat kecepatan 3 skala beaufort ini dapat disetarakan dengan angin yang dapat menggoyangkan dahan-dahan dan ranting-ranting kecil secara terus menerus. Ditambah lagi, dengan adanya gumuk pasir yang telah disebutkan menjadikan angin ini mendaki ke puncak dan bergabung dengan aliran udara diatasnya. Sehingga aliran udara yang dihasilkan bersifat streamline atau berbentuk garis arus yang searah dan beraturan. Adapun angin yang diatasnya itu adalah angin pasat. Angin pasat adalah aliran udara yang bergerak dari daerah berlintang sedang (300LS dan 300 LU) menuju daerah ekuator  (00)karena faktor panas yang diakibatkan oleh radiasi matahari. Angin ini bergerak dengan cakupan daerah yang luas dan bergerak pada ketinggian yang cukup tinggi pada bagian troposfer. Belum lagi ditambah dengan angin muson dan angin lokal yang juga bergabung pada bagian puncak gumuk pasir. Pada posisi ini tentunya angin yang bertiup akan memiliki kelajuan lebih dari 4,5 m/s. Disamping itu, setelah dilakukan survey ke tempat tersebut, ternyata angin yang berhembus pun hampir tidak berhenti selama kurang lebih 60 menit pada waktu sore hari. Ini menandakan bahwa berbagai macam aliran udara banyak yang terkumpul di daerah ini dan berhembus saling bergantian. Hasilnya angin yang sewaktu-waktu dapat berhenti dapat tertutupi oleh angin lain yang masih bertiup. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa daerah potensial yang nampaknya tertinggal ini bisa menjadi sumber energi listrik baru yang lebih bersih dan ekonomis atau potensi lainnya yang memanfaatkan proses angin. 




    Fenomena sand dune yang unik ini menjadi salah satu penunjang dalam proses pergerakan aliran udara di daerah Pantai Sayang Heulang, Kabupaten Garut
    
     Sebenarnya tidak hanya di Pantai Sayang Heulang saja, tapi fenomena seperti ini diperkirakan ada di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa yang tentunya memiliki kondisi  geografis yang mirip dengan Pantai Sayang Heulang. Belum lagi dengan pulau-pulau lain yang memiliki potensi angin  yang melebihi bayangan kita. Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan garis pantai yang terpanjang, yaitu sekitar 80.791,42km. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika tidak ada penelitian lebih lanjut tentang faktor pembentuk angin, berikut kelajuan dan aliran udaranya. Karena tidak mungkin pemerintah harus memasang Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) di sepanjang garis pantai Indonesia. Para ilmuwan dituntut untuk dapat memberikan rekomendasi di mana tempat-tempat yang paling memberikan keuntungan untuk dijadikan PLTA.
     Namun setiap usaha yang direncakan tentunya tidak pernah luput dari segala macam kendala. Angin yang bertiup dari perairan laut menuju daratan dapat mengikis logam yang menjadi salah satu bahan bangunan kincir angin karena ia bersifat korosif. Harus dilakukan peneltian bagaimana cara mengantisipasi kendala ini, baik dengan melakukan pelapisan pada setiap bagian bangunan kincir atau mengganti beberapa bagian yang rawan dengan plastik. Belum lagi dengan masalah anggaran negara yang belum tentu ada untuk proyek sebesar ini.
     Tapi bagaimana pun juga, ternyata pemerintah pun sudah melirik potensi ini dengan Kebijakan Energi Nasional yaitu dengan menargetkan 250 megawatt (MW) listrik yang akan dihasilkan dari energi angin. Itu artinya, jika satu rumah memiliki konsumsi listrik sebesar 450 W maka listrik sebesar ini dapat mengalirkan listrik ke sebanyak  kurang lebih 555.000 rumah. Dengan demikian, kita tinggal menunggu aksi dari pemerintah untuk mencapai Indonesia yang lebih baik dengan energi yang memadai untuk rakyatnya, semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar